“Barang siapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena
Allah, berarti imannya
telah sempurna.” (H.R.Abu Dawud dan Tirmidzi).
Secara psiklologi, cinta merupakan emosi yang penting dalam
kehidupan manusia. Cinta adalah faktor utama dalam membentuk keluarga dan
mengikat individu-individu anggotanya agar saling membantu. Dalam dunia
anak-anak, cinta ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian anak.
Menurut Dr. Muhammad ‘Utsman N. (2005), secara umum cinta
merupakan faktor penting dalam membentuk hubungan sosial yang harmonis diantara
manusia. Cinta mengikat seseorang dengan keluarganya, masyarakatnya, dan tanah
airnya. Cinta pula yang mendorongnya untuk mengorbankan harta dan jiwanya untuk
membela keluarga, masyarakat dan tanah airnya.
Lebih jauh, dalam Islam itu tidak menjadikan cinta sebagai
komoditas yang rendah dan murahan. Cinta merupakan perasaan jiwa dan gejolak
hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah,
lembut, dan kasih sayang. Di Islam cinta dibagi tiga tingkatan yang tersirat
dalam Q.S. At-Taubah : 24, “Katakanlah: Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu,
saudara-saudaramu, istri-istrimu, kerabat-kerabatmu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kami khawatirkan kerusakannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu senangi lebih kau cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta
jihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan
Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
Dalam ayat tersebut terlihat jelas bahwa bahwa cinta tingkat
pertama adalah cinta kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya yang
kemudian disebut dengan cinta hakiki. Cinta tingkat kedua adalah cinta kepada
keldua orang tua, istri, kerabat, dan sterusnya. Sedangkan cinta yang ketiga
adalah cinta yang mengedepankan cinta harta, keluarga dan anak istri melebihi
cinta pada Allah SWT, rasul-Nya dan jiahad dijalan-Nya.
Cinta pada Allah SWT mempunyai peranan penting dalam
kehidupan seorang mukmin. Cinta
kepada Allah SWT akan mengarahkan
perilaku dalam kehidupan dan mempengaruhi perbuatan serta ucapannya. Ia tidak
akan melakukan sesuatu selain yang diridahi Allah SWT dan dapat mendekatkan
dirinya kepada-Nya.
Untik itu, cinta kepada Allah SWT mestinya menjadi pijakan
semua tindakan mukmin. Ia merupakan kekuatan yang bisa mengarahkan perilaku manusia
ke arah kebaikan. Pokoknya, cinta kepada Allah SWT merupakan sumber utama semua
rasa cinta seorang pada segala sesuatu.
Dari sinilah cinta hakiki itu akan melahirkan pelita. Cinta hakiki yang dilahirkan iman
akan senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan nurani. Cinta hakiki akan
melahirkan jiwa rela berkorban dan mampu menundukkan hawa nafsu dan syahwat
birahi. Cinta akan menjadi berbinar tatkala orang yang memilikinya mampu
menaklukkan segala gejola dunia. Cinta Ilahi akan menuntun manusia untuk hidup
berarti.
Dalam banyak keterangan, kita menemukan kalau Islam memandang
cinta kasih itu sebagai rahmat. Maka seorang mukmin tidak dianggap beriman
sebelum dia berhasil mencintai dirinya sendiri (H.R. Muslim). Demikian juga,
terkait dengan perumpamaan dan kasih sayang dan kelembutan seorang mukmin,
Islam menyebutkan bahwa ia adalah laksana kesatuan tubuh, jika salah satu
anggota tubuh sakit maka akan merasakan pula tubuh yang lainnya, tidak bisa
tidur dan demam (Bukahri Muslim). Seorang mukmin memiliki ikatan keimanan
sehingga mereka menjadi laksana saudara (Al-Haujurat : 13). Dan cinta yang
meluap, seringkali menjadikan seorang mukmin lebih mendahulukan saudaranya daripada
dirinya sendiri sekalipun mereka berada dalam kesusahan (Al-Hasyr : 9).
Akhirnya tidaklah berlebihan kalau dalam kaca mata Islam,
disebutkan bahwa mencintai dan dicintai
itu adalah “risalah” suci yang harus ditumbuh suburkan dalam dada tiap
pemeluknya. Makanya Islam menghalalkan perkawinan dan bahkan pada tingkat
mewajibkan bagi mereka yang mampu. Islam tidak menganut “selibasi” yang
mengebiri fitrah manusia. Sebab memang tidak ada raghbaniyah dalam Islam.
Untuk itu ikatlah
secara benar makna cinta dan kasih sayang ini dalam kehidupan maupun gaya hidup
setiap manusia, termasuk dalam kehidupan membangun rumah tangga. (Arda
Dinata, Kompas
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar