Selamat pagi sobat Web semua, saya kebetulan dapet tugas dari Kepala UPT Dinas Pariwisata Kecamatan Leles untuk mengetik ulang Sejarah singkat Candi Cangkuang dengan alasan karena tulisan yang pertama terlalu kecil untuk kalangan orang tua yang sebagian penglihatannya sudah mulai tidak jelas, maka dari itu saya kerjakan sebagai rasa syukur dan kebanggaan kita untuk Karunia-Nya yang telah menciptakan satu keajaiban di Kabupaten Garut.Inilah sekelumit sejarah Candi Cangkuang juga sekitarnya ... semoga bermanfaat ..... amiiinn
A. CANDI CANGKUANG
Salah satu obyek wisata yang ada candinya di Jawa
Barat, hanya ada di Cangkuang. Maka
untuk itu perlu di lestarikan, hal ini adalah sebagai penghasil devisa Negara.
Kalau
kita tinjau dari nama Candi Cangkuang itu tersebut, perlu kita ketahui sejarah
nama Candi Cangkuang itu sendiri, nama “Cangkuang” diambil dari nama pohon yang
banyak tumbuh disekitar obyek wisata tersebut yang oleh masyarakat setempat
namanya pohon cangkuang maka nama pohon tersebut dipakai nama Kampung dan Desa.
Tepatnya
keberadaan obyek wisata dan sejarah itu adanya di Kampung Pulo Panjang Desa
Cangkuang yang adanya di tengah-tengah danau Cangkuang, yaitu Pulo Panjang yang
luasnya 10 Ha, sedangakan dengan danau keseluruhannya 25 Ha.
Candi
Cangkuang ditemukan kembali pada tanggal 8 Desember 2012 oleh seorang ahli
Purbakala Islam pada Lemabaga Purbakala, yaitu Drs. Uka Tjandrasasmita, beliau
mengetahui adanya Candi Cangkuang tersebut setelah membaca sebuah buku karangan
seorang Belanda pada tahun 1893 namanya Vooderman yang nama bukunya NOTULEN
BATAVIACH GEENOOTSCHAP. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa ada dua
peninggalan sejearah yaitu adanya Arca Shiwa Peninggalan Hindu dan Makam
Arif Muhamad sebagai penyebar Agama Islam di cangkuang.
B.
PENELITIAN
Candi
Cangkuang ditemukan kembali pada tanggal 8 Desember 1996 satu tahun kemudian
diadakan penelitian yang dipelopori oleh Idji Hartaji (Alm), yaitu CV.
Haruman. Setelah diteliti oleh para ahli
bukan saja ditemukan akan tetapi ditemukan pula pondasi Candi yang berukuran 4,50
cm, jadi pernyataan Vooderman itu bukan saja bekas menyimpulkan bahwa candi
Cangkuang didirikan pada VII. Namun dalam pemugaran yang pertama dilaksanakan
oleh CV. Haruman itu tidak tuntas sampai akhir.
Seorang
ahli purbakala Islam Drs. Uka Tjandra sasmita lebih lanjut mengadakan
penelitian untuk membuktikan perkataan Vooderman itu, ditemukan pula makan Arif
Muhamad dan perkampungan adat sebagai keturunan dari Arif Muhamad. Menurut
cerita masyarakat kampung Pulo dahulu dalam penyebaran Agama Islam di Desa
Cangkuang yang dipimpin oleh Arif Muhamad, beliau mempunyai 7 orang yang
terdiri dari 6 putri dan 1 putra yang dilambangkan untuk perempuan pada rumah
dan laki-laki pada mesjid. Mengenal keberadaan makam Arif Muhamad sebagai tokoh
penyebar Agama Islam diperkuat oleh sebuah buku kuno yang ditulis Bahasa Arab
Jawa Kawi, dimana buku tersebut berada di Karang Pawitan Kabupaten Garut. Dalam
bukunya dikatakan pula bahwa Arif Muhamad betul-betul penyebar Agama Islam di
daerah Cangkuang dan sekitarnya. Mengenai perjalanan Arif Muhamad sampai ke
Desa Cangkuang dalam misinya untuk penyebaran Agama Islam, baiklah kita
selusuri sejarahnya.
Arif
Muhamad adalah seorang utusan Sultan Agung, beliau mendapat perintah untuk
menyerang daerah Batavia yang pada saat itu diduduki oleh Belanda dan dipimpin
oleh JP. Coen dalam penyerangan tersebut beliau mengalami kegagalam dan tidak
kembali lagi ke Mataram melakinkan mencari daerah peristirahatan dan akhirnya
sampailah beliau di Desa Cangkuang. Dalam penyebaran Agama Islam di Desa
Cangkuang dan sekitarnya dipimpin oleh Arif Muhamad. Menurut para ahli
diperkirakan abad XVII Masehi dibawah Panglima Besar Sultan Agung, yaitu Arif
Muahamad dan sebelumnya di Desa Cangkuang ini telah terkembang Agama Hindu dan
bukti adanya peninggalan sejarah yaitu sebuah Arca Shiwa.
Sebelah
Barat dari Makan Arif Muhamad, terdapat kampung adat yaitu “Kampung Pulo”. Hal
ini membuktikan adanya penyebaran Agama Islam di Desa Cangkuang. Rumah adat ini
dari dahulu samapi sekarang tidak bertambah dan tidak berkurang. Masyarakat
kampung Pulo ini semuanya adalah keturunan Arif Muhamad. Dalam penyebaran Agama
Islam di Desa Cangkuang Arif Muhamad mempunyai keturunan 7 orang anak yang
terdiri dari 6 perempuan dan 1 laki-laki sendangkan perempuan dilambangkan
dengan rumah dan laki-laki dilambangkan dengan mesjid yang disebut Rumah Adat
Kampung Pulo.
Ada hal
lain pada masyarakat Kampung Pulo yang masih melekat sampai sekarang, yaitu
mereka masih memgang teguh adat istiadat yang berlaku dari dahulu samaai
sekarang yaitu terdapat 5 larangan adat istiadat yaitu sebagai berikut :
1.
Tidak boleh membuat rumah bnerbentuk Jure,Jelopong
atau atas memanjang.
2.
Tidak boleh memukul Gong Besar
Dua larangan ini adalah suatu kejadian
ketika Arif Muhamad akan menghitan anak laki-lakinya yang diusung di atas tenda
berbentuk jure dengan dimeriahkan hiburan-hiburan yang diiringi musik Gong
Besar, pada saat acara berlangsung datanglah angin topan, maka anak yang sedang
diusung itu seketika terbawa angin topan dan meninggal dunia. Sejak kejadian
itu Arif Muhamad memberi amanat untuk tidak membuat rumah berbentuk jure dan
mengadakan hiburan yang diiringi dengan Gong Besar.
3.
Tidak boleh
menambah dan mengurangi bentuk rumah dan kepala keluarganya yaitu 6 anak
perempuan yang dilambangkan dengan rumah dan 1 anak laki-laki yang dilambangkan
dengan mesjid.
4.
Tidak boleh
berziarah ke Makam Arif Muhamad pada hari Rabu.
Maksudnya adalah dahulu dalam penyebaran
Agama Islam pada hari Rabu, masyarakat Kampung Pulo tidak boleh melakukan
pekerjaan yang lain kecuali mendalami Agama Islam.
5.
Tidak boleh memelihara binatang ternak berkaki
empat yang besar seperti kerbau, kambing, sapi dan lainnya.
Maksudnya adalah masyarakat Kampung Pulo
sejak dahulu sudah dinamakan dan ditanamkan polla hidup yang bersih dan
masyarakat Kampung Pulo itu sebagian memiliki mata pencaharian bercocok tanam
dan berladang.
III.
PROSES PEMUGARAN
A.
Candi Cangkuang ditemukan kembali pada tanggal 9
Desember 1966, dan diteliti pada tahun 1967 sampai tahun 1968, serta
pemugarannya diserahkan kepada CV. Haruman yang dipimpin oleh Idjil Hartadi (Alm)
tapi pemugaran yang pertama tidak tuntas sampai akhir.
B.
Pemugaran yang kedua dilakukan pada tahun 1974 -
1976 dilaksanakan oleh Proyek Pembinaan Depatermen P&K RI dalam pemugaran
tersebut diadakan penggalian yang beradius 100 km dari pondasi Candi Cangkuang.
Hal ini dilakukan untuk mencari batu-batu yang tersebar di sekitar lokasi
tersebut. Akhirnya setelah batu-batu tersebut terkumpul batu yang asli dari
candi tersebut hanya 40% saja tetapi dapat mewakili bangunan candi tersebut
yang tingginya 8,6 m.
C.
Pemugaran dan renopasi komplek Rumah Adat Kampung
Pulo yang terdiri dari 6 buah rumah dan 1 mesjid dapat baru direalisasikan 1
buah saja yang terbuat dari atap injuk.
D.
Musium untuk penyimpanan barang-barang bersejarah
Candi Cangkuang dan peninggalan sejarah Islam terletak di sebelah Selatan
terdapat Makam Syekh Arif Muhamad. Barang-barang yang terdapat dalam musium
tersebut adalah Al-Qur’an, teks Khutbah Jum’at, buku Fiqih, Tauhid Syarita Islam
dan Kumpulan Doa-doa. Semua ini ada dalam peninggalan Arif Muhamad yang terbuat
dari kayu dan batu, juga terdapat batu Andesit untuk bahan campuran dan
untuk perkakas rumah tangg, batu ini peninggalan Agama Hindu.
Untuk
menuju obyek wisata Candi Cangkuang dapat ditempuh dengan sarana perhubungan antara
lain kendaraan bermotor, dokar, rakti, ataupun dengan berjalan kaki. Pengunjung
obyek wisata Candi Cangkuang dari Bandung harus menempuh arah Garut dan
berhenti di Alun-alun Leles, jaraknya 4 km dari Alun-alun Leles, tempat lokasi
dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain :
a.
Membawa Kendaraan Pribadi
Bagi pengunjung yang membawa kendaraan
dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu membawa kendaraan tersebut sampai ke Desa
Cangkuang dan berjalan kaki sejauh 1 km atau bagi pengunjung yang ingin menaiki
fasilitas di obyek wisata Candi Cangkuang yaitu naik rakit, pengunjung harus
menempuh jarak 3 km jalan beraspal menuju kampung Ciakar dan untuk menuju
lokasi harus naik rakit 200 m.
b.
Pengguna Jasa Kendaraan Umum
Dari alun-alun Leles, pengunjung dapat
menggunakan dokar/delman dan dengan petunjuk tukang delman Anda akan sampai
tujuan.
Demikian
sekilas sejarah Candi Cangkuang dan penyebaran Agama Islam di Desa Cangkuang
serta fasilitas dapat Anda nikmati di obyek wisata Cangkuang
Penyusun,
AD.
Rahmat BA.
Penulis
S. Nurul Anwar
Saya pernah kesana, danau yang disebrangi luar biasa jernih dan banyak ikannya.
BalasHapushihih
Pingin ke sana lagi lho
kisah asal usul