Kamis, 21 Februari 2013

UPAYA ORANG TUA AGAR ANAK TIDAK BOHONG

KENAPA ANAKKU BERBOHONG TERUS

Hari libur yang biasanya menyenangkan buat keluarga Dendy Nurman (49), suatu ketika menjadi hari yang amat suram. Ia marah besar, karena dibohongi oleh putra semata wayangnya Harry (15); Secaratidak sengaja, ia mengamati bahwa motoranaknya berbeda. "Ketika saya tanyakan, ia keukeuh bilang itu motornya, tetapi saya tahu persis itu bukan motor milik kami, yang kemudian diganti dengan knalpot bising. Bukan karena soal motor itu yang membuat saya marah, tetapi lebih karena kebohongannya," kata Dendy. Menurut karyawan swasta ini, kebohongan sudah berkali-kali dilakukan Harry. Ia bingung mencari cara agar anaknya bisa berlaku dan, berkata jujur.
Dalam acara televisi reality show yang dipandu Uya Kuya beberapa waktu lalu,ditampilkan seorang remaja putra yang dihipnotis agar menjawab secara jujur semua pertnyaan. Ia mengaku sudah mencuri uang ibunya, berpacaran kendatipun tidak boleh, bolos sekolah, dan terlibat tawuran. Ketika dibebaskan dari pengaruh hipnotis, saat ditanya pertanyaan sama, jawabannya membuat penonton tertawa tergelak-gelak- Dengan mantap ia menjawab semua pertanyaan dengan “tidak pernah”.
Remaja putra yang dihipnotis dalam acara televisi di ata kemudian mengaku berbohong karena sangat takut pada orang tua. “kalau saya jujur, pasati saya digampar (ditampar) ibu, katanya.
Mengapa berbohong?
Penasaran mengapa remaja-remaja kita yang kita dulu polos dan jujur berubah sikap? Mari dengar beberapa curahan hati mereka. Yanti (16), pelajar kelas XI salah satu SMA negeri Bandung mengaku terpaksa berbohong, untuk mencari iman dari omelan orangtua. "Ibu dan ayahku ketat sekali. Pulang sekolah harus tepat waktu, kecuali ada les tambahan. Sesekali aku juga pengen nonton bareng teman-teman sekolah. Jadi, aku bilang saja les, padahal pergi nonton," katanya.Takut bentrok atau dimarahi orang tua jika berkata jujur juga diakui oleh Perwita (15), pelajar SMP yang ditemui tengah berjalan-jalan dengan seorang teman prianya di salah satu mal di  gandung, sekitar pukul 10.00 WIB, atau selepas sekolah. "Saya bilang lagi mengerjain tugaskelompok," katannya tertawa. Jika berterusterang tentang kegiatan santainya ini, Perwitayakin "dunia bisa kiamat"."Individu berbohong untuk menutupi kesalahannya. Sekali berbuat kebohongan, maka iaakan melakukan kebohongan lain untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Akan tetapi, ketika terlalu banyak berbohong, sebenarnya kitabisa melihat bahwa ia melakukan banyak kebohongan," ujarnya.
Upaya orangtua
Semua orang tampaknya sepakat tidak suka dibohongi oleh siapa pun, terlebih oleh sang buahhati. Karena tidak ingin dibohongi, ada jalanyang diambil oleh seorang ibu rumah tangga, Ami Nirwati (51). Ia yakin sekali bahwa dalamdiri setiap pelajar ada keinginan untuk sesekali membolos dari sekolah. "Itu dulu saya rasakan juga. Oleh karena itu, saya membuat Jatah bolos sebanyak dua kali dalam sebulan. Daripada saya dibohongi, mending dia bolos terang-terangan, "katanya, tentang trik yang diterapkan pada putra bungsunya, yang sekolah di salah satu SMA swasta daerah Bandung Utara kelas XI. Jalan yang terbaik agar remaja menjadi pribadi yang jujur dan bertanggungjawab atas perilakunya.
Menurut Ihsana, adalah dengan menciptakan kondisi yang membuat remaja merasa nyaman berbicara apa pun dengan orang tuanya, juga dalam masalah apa pun."Jika orangtua adalah sumber frustasi, anakakan merasa nyaman. Akan tetapi, orang tua juga harus menghargai privacy anak, jika anak tidak mau menceritakan seluruh masalahnya pada orang tua. Tidak bercerita bukan berarti berbohong, ia mungkin sedang mengatasi masalahnya sendiri. Yang penting, anak mengetahui bahwa orang tua selalu ada, kapanpun anak membutuhkan dan orang tua dapat diandalkan,"ujar Ihsana.
Menurut Ihsana, hal yang terpenting agaranak tidak suka berbohong adalah menanamkan pendidikan berperilaku jujur sejak kecil, "Anak belajar dari contoh. Maka orang tua juga harus memberi contoh tidak berbohong," ujar Ihsana. Banyak orang tua tanpa sengaja memberikan contoh berbohong. Hal sederhana, ketika ada pengemis datang ke rumah, ia meminta anak agar mengatakan pada pengemis bahwa orang tua tidak ada di rumah. Secara tidak sadar, orang tua mengajarkan kebohongan pada anak. "Berilah contoh pada anak bahwa sesulit apapun masalah, kita akan menghadapinya dan tidak akan berbohong dengan alasan apa pun. Contoh adalah teladan terbaik, katanya.
Batas toleransi.
Saat kebohongan itu terungkap, berbagai reaksi terjadi. Beberapa orang tua sekadar menegur, sebagian dapat memahami apa yang menjadi alasan anaknya berbohong, dan yang lain marah tak menentu.
Ny. Rosmayani  (47) misalnya, mengaku paham atas kebohongan yang dilakukan Patrisia (14) anaknya. “Selama ini saya masih menoleransinya, karena saya anggap kebohongannya masih dalam tahap wajar. Kepada saya, mengaku belum punya pacar. Padahal dari laporan keponakanya ia sudah berpacaran dengan teman basket, saya pikir itu wajar, karena dia malu telah merusak komitmen yang dibuatnya dengan saya bahwa tidak akan pacaran dulu sampai menuntaskan sekolah menengahnya, kata Rosmayani.  Banyak pula orang tua yang tak bisa menahan diri. Saat mengetahui kebohongan anaknya, mereka bereaksi berlebihan, mengamuk, bahkan memukul. Selain  efek jera, ini bisa juga menimbulkan efek sampingan, membuat anak semakin tidak nyaman berada di dekat orang tua. Dalam banyak kasus, beberapa anak bahkan melarikan diri dari rumah.
Menurut  ihsana jika kebohongan anak terbongkar, yang selayaknya orang tua lakukan adalah  mempertegas kepadanya bahwa apapun kebohongan yang disampaikan, orang tua akan tahu, sehigga sebaiknya anak tidak mengulanginya lagi.
Jelaskan kepada anak efek buruk  dari kebohongan yang dilakukan oleh anak, misalkan teman  tidak akan menyukainya jika tahu bahwa ia sering berbohong. Jika ini terjadi, ia bisa kehilangan teman.” Katanya.
Prisnsip reward (penghargaan) atau punishment (hukuman) atas kebohongan dan kejujuran anak bisa dilakukan. “prinsipnya tingkah laku baik harus direward anak bisa dilakukan. "Prinsipnya, tingkah laku baik harus direward , dan buruk harus punishment, tetapi punishment bukan berarti hukuman fisik. Menjelaskan efek buruk dari berbohong, dapat menjadi hukuman pada anak,”
Jika kebohongan anak juga menyerempet keluar rumah, misalnya berbohong pada teman-temannya, mintalah anak untuk meminta maaf kepada orang yang ia bohongi dan berjanji tidak mengulangi lagi. Ini untuk memberi efek jera kepadanya, karena orang lain mengetahui kebohong anak, sehingga anak tidak akan mau mengulangi karena khawatir dicap pembohong.
Namun, jika kebohongan itu sudah menyangkut ke arah kriminal, maka tindakan
lebih tegas harus segera dilakukan. Dalam hal ini Ihsana menyarankan kerja sama yang kuat antara orang tua dan pihak sekolah agar kegiatan anak dapat dipantau secara saksama.(Uci Anwar)***

Semoga Bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar