KENAPA ANAKKU BERBOHONG TERUS
Hari libur yang biasanya menyenangkan buat keluarga Dendy Nurman (49),
suatu ketika menjadi hari yang amat suram. Ia marah besar, karena dibohongi oleh
putra semata wayangnya Harry (15); Secaratidak sengaja, ia mengamati bahwa
motoranaknya berbeda. "Ketika saya tanyakan, ia keukeuh bilang itu
motornya, tetapi saya tahu persis itu bukan motor milik kami, yang kemudian
diganti dengan knalpot bising. Bukan karena soal motor itu yang membuat saya
marah, tetapi lebih karena kebohongannya," kata Dendy. Menurut karyawan
swasta ini, kebohongan sudah berkali-kali dilakukan Harry. Ia bingung mencari
cara agar anaknya bisa berlaku dan, berkata jujur.
Dalam acara televisi reality show yang dipandu Uya Kuya beberapa waktu
lalu,ditampilkan seorang remaja putra yang dihipnotis agar menjawab secara jujur
semua pertnyaan. Ia mengaku sudah mencuri uang ibunya, berpacaran kendatipun
tidak boleh, bolos sekolah, dan terlibat tawuran. Ketika dibebaskan dari
pengaruh hipnotis, saat ditanya pertanyaan sama, jawabannya membuat penonton
tertawa tergelak-gelak- Dengan mantap ia menjawab semua pertanyaan dengan
“tidak pernah”.
Remaja putra yang dihipnotis dalam acara televisi di ata kemudian
mengaku berbohong karena sangat takut pada orang tua. “kalau saya jujur, pasati
saya digampar (ditampar) ibu, katanya.
Mengapa berbohong?
Penasaran mengapa remaja-remaja kita yang kita dulu polos dan jujur berubah
sikap? Mari dengar beberapa curahan hati mereka. Yanti (16), pelajar kelas XI
salah satu SMA negeri Bandung mengaku terpaksa berbohong, untuk mencari iman
dari omelan orangtua. "Ibu dan ayahku ketat sekali. Pulang sekolah harus
tepat waktu, kecuali ada les tambahan. Sesekali aku juga pengen nonton bareng
teman-teman sekolah. Jadi, aku bilang saja les, padahal pergi nonton,"
katanya.Takut bentrok atau dimarahi orang tua jika berkata jujur juga diakui
oleh Perwita (15), pelajar SMP yang ditemui tengah berjalan-jalan dengan seorang
teman prianya di salah satu mal di
gandung, sekitar pukul 10.00 WIB, atau selepas sekolah. "Saya
bilang lagi mengerjain tugaskelompok," katannya tertawa. Jika
berterusterang tentang kegiatan santainya ini, Perwitayakin "dunia bisa
kiamat"."Individu berbohong untuk menutupi kesalahannya. Sekali
berbuat kebohongan, maka iaakan melakukan kebohongan lain untuk menutupi
kebohongan sebelumnya. Akan tetapi, ketika terlalu banyak berbohong, sebenarnya
kitabisa melihat bahwa ia melakukan banyak kebohongan," ujarnya.
Upaya orangtua
Semua orang tampaknya sepakat tidak suka dibohongi oleh siapa pun,
terlebih oleh sang buahhati. Karena tidak ingin dibohongi, ada jalanyang
diambil oleh seorang ibu rumah tangga, Ami Nirwati (51). Ia yakin sekali bahwa
dalamdiri setiap pelajar ada keinginan untuk sesekali membolos dari sekolah.
"Itu dulu saya rasakan juga. Oleh karena itu, saya membuat Jatah bolos sebanyak
dua kali dalam sebulan. Daripada saya dibohongi, mending dia bolos
terang-terangan, "katanya, tentang trik yang diterapkan pada putra bungsunya,
yang sekolah di salah satu SMA swasta daerah Bandung Utara kelas XI. Jalan yang
terbaik agar remaja menjadi pribadi yang jujur dan bertanggungjawab atas
perilakunya.
Menurut Ihsana, adalah dengan menciptakan kondisi yang membuat remaja
merasa nyaman berbicara apa pun dengan orang tuanya, juga dalam masalah apa
pun."Jika orangtua adalah sumber frustasi, anakakan merasa nyaman. Akan
tetapi, orang tua juga harus menghargai privacy anak, jika anak tidak mau
menceritakan seluruh masalahnya pada orang tua. Tidak bercerita bukan
berarti berbohong, ia mungkin sedang mengatasi masalahnya sendiri. Yang penting,
anak mengetahui bahwa orang tua selalu ada, kapanpun anak membutuhkan dan orang
tua dapat diandalkan,"ujar Ihsana.
Menurut Ihsana, hal yang terpenting agaranak tidak suka berbohong
adalah menanamkan pendidikan berperilaku jujur sejak kecil, "Anak belajar
dari contoh. Maka orang tua juga harus memberi contoh tidak berbohong," ujar
Ihsana. Banyak orang tua tanpa sengaja memberikan contoh berbohong. Hal
sederhana, ketika ada pengemis datang ke rumah, ia meminta anak agar mengatakan
pada pengemis bahwa orang tua tidak ada di rumah. Secara tidak sadar, orang tua
mengajarkan kebohongan pada anak. "Berilah contoh pada anak bahwa sesulit
apapun masalah, kita akan menghadapinya dan tidak akan berbohong dengan alasan
apa pun. Contoh adalah teladan terbaik, katanya.
Batas toleransi.
Saat kebohongan itu terungkap, berbagai reaksi terjadi. Beberapa orang
tua sekadar menegur, sebagian dapat memahami apa yang menjadi alasan anaknya
berbohong, dan yang lain marah tak menentu.
Ny. Rosmayani (47) misalnya, mengaku
paham atas kebohongan yang dilakukan Patrisia (14) anaknya. “Selama ini saya
masih menoleransinya, karena saya anggap kebohongannya masih dalam tahap wajar.
Kepada saya, mengaku belum punya pacar. Padahal dari laporan keponakanya ia
sudah berpacaran dengan teman basket, saya pikir itu wajar, karena dia malu
telah merusak komitmen yang dibuatnya dengan saya bahwa tidak akan pacaran dulu
sampai menuntaskan sekolah menengahnya, kata Rosmayani. Banyak pula orang tua yang tak bisa menahan
diri. Saat mengetahui kebohongan anaknya, mereka bereaksi berlebihan, mengamuk,
bahkan memukul. Selain efek jera, ini
bisa juga menimbulkan efek sampingan, membuat anak semakin tidak nyaman berada
di dekat orang tua. Dalam banyak kasus, beberapa anak bahkan melarikan diri
dari rumah.
Menurut ihsana jika kebohongan
anak terbongkar, yang selayaknya orang tua lakukan adalah mempertegas kepadanya bahwa apapun kebohongan
yang disampaikan, orang tua akan tahu, sehigga sebaiknya anak tidak
mengulanginya lagi.
Jelaskan kepada anak efek buruk
dari kebohongan yang dilakukan oleh anak, misalkan teman tidak akan menyukainya jika tahu bahwa ia
sering berbohong. Jika ini terjadi, ia bisa kehilangan teman.” Katanya.
Prisnsip reward (penghargaan)
atau punishment (hukuman) atas kebohongan dan kejujuran anak bisa
dilakukan. “prinsipnya tingkah laku baik harus direward anak bisa
dilakukan. "Prinsipnya, tingkah laku baik harus direward , dan buruk harus punishment, tetapi punishment
bukan berarti hukuman fisik. Menjelaskan efek buruk dari berbohong, dapat
menjadi hukuman pada anak,”
Jika kebohongan anak juga menyerempet keluar rumah, misalnya berbohong
pada teman-temannya, mintalah anak untuk meminta maaf kepada orang yang ia
bohongi dan berjanji tidak mengulangi lagi. Ini untuk memberi efek jera
kepadanya, karena orang lain mengetahui kebohong anak, sehingga anak tidak akan
mau mengulangi karena khawatir dicap pembohong.
Namun, jika kebohongan itu sudah menyangkut ke arah kriminal, maka
tindakan
lebih tegas harus segera dilakukan. Dalam hal ini Ihsana
menyarankan kerja sama yang kuat antara orang tua dan pihak sekolah agar
kegiatan anak dapat dipantau secara saksama.(Uci Anwar)***
Semoga Bermanfaat